Meditasi Kristiani

Meditasi Kristiani atau meditasi Kristen diadopsi dari ajaran agama Buddha. Meditasi Kristiani adalah bentuk doa dengan suatu upaya terstruktur yang dilakukan oleh seseorang untuk menyadari dan merenungkan kehendak Allah dalam hidupnya. Kata meditasi berasal dari kata Latin meditārī yang artinya merenungkan, mempelajari, dan mempraktikkan. Meditasi Kristiani merupakan proses yang dilakukan secara sengaja untuk memfokuskan diri pada pemikiran-pemikiran tertentu (misalnya suatu perikop kitab suci) dan merenungkan maknanya dalam kaitannya dengan cinta akan Allah.

Tujuan meditasi Kristiani adalah mempererat hubungan pribadi dengan dasar cinta akan Allah yang menandai persekutuan Kristiani.[3][4] Baik dalam Kekristenan Barat maupun Timur, meditasi berada pada tingkatan tengah-tengah di dalam tiga tahap karakterisasi doa secara umum: melibatkan lebih banyak permenungan dibandingkan dengan doa vokal (lisan) pada tahap pertama, namun lebih terstruktur daripada doa kontemplatif yang berlapis-lapis. Ajaran dalam gereja-gereja Kristen Barat maupun Timur menekankan agar seseorang menggunakan meditasi Kristiani sebagai suatu elemen dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang Kristus bagi dirinya.

Dalam Aspek-aspek meditasi Kristiani, Takhta Suci memperingatkan akan berbagai potensi ketidaksesuaian jika memadukan gaya-gaya meditasi non-Kristiani dengan meditasi Kristiani. Pada tahun 2003, dalam Suatu Refleksi Kristiani tentang Zaman Baru, Vatikan mengumumkan bahwa “Gereja menghindari konsep apapun yang berkaitan dengan Zaman Baru (New Age)”.

Koordinator Meditasi Kristiani : Ibu Handono